Selasa, 24 April 2012

"Cinta" Novia Kolopaking

Sesaat seakan duniaku hilang
Hanyut dalam laut kesedihan

Lara yang menghempas
Mendera harap cemas
Karam asaku di laut lepas

Sampai laut surut
Dan senja pun hanyut
Cintaku tegar dan tak kan larut

Bagaimana kini ku harus bawa diri
Kasih kau bawa cintaku pergi

...

Bila suatu saat kau lepas tak terikat
Kembalilah kau akan ku dekap

Minggu, 22 April 2012

Kini dan Nanti yang Tak Pasti


Aku terlalu awal untuk menyerah, kala itu..
Aku mungkin terlalu lemah, kala itu..

Kini?
Tak peduli pilu di hati
Nyeri raga tersakiti
Hei, kalian! Jangan berhenti mencaci!

Nanti?
Biar waktu yang angkat bicara
Aku tersungkur mati tak berdaya
Atau hidup berjaya

Apakah Tuhan Benar-Benar Ada??

Setiap pribadi itu unik! Karena masing-masing mempunyai hak menjadi istimewa dari Sang Pencipta. Segala sesuatu menuntut kita akan keyakinan, misalnya saja persoalan agama. Berapa banyak agama di jagat alam raya ini? 1, 2, 3, 4, 5, bisa jadi puluhan atau bahkan mungin lebih dari itu. Apakah Tuhan memang benar-benar ada? Siapa yang mampu membuktikannya? Tidak jarang ada beberapa peristiwa yang sebagian orang beranggapan tidak masuk akal, memang terjadi tanpa penjelasan ilmu apapun selain keyakinan.

Di dalam agama yang saya anut, tidak semuanya bisa dijelaskan oleh akal, karena akal hanya sebuah hadiah dari Sang Pencipta, sebagai predikat makhlukNya yang paling sempurna. Bukan berarti kita sempurna, hanya saja jika dibandingkan dengan makluk lain ciptaanNya kita bisa berbangga bahwa kita adalah mahluk yang paling sempurna. Lagi-lagi kesempurnaan hanya milik Tuhan semata dan juga tentu saja milik Andra and the backbone (jangan terlalu serius ^^).

Semuanya mungkin, asal yakin! Keyakinan akan mengantarkan kita bagaimana cara meraihnya. Saya yakin Tuhan itu adil, karenananya tidak ada usaha yang sia-sia. Tidak sedikit orang yang membuktikan keyakinan mereka, yang banyak orang lain ragukan. Itu semua karena keyakinan yang mereka yakini. Saya percaya Tuhan itu ada karena saya yakin. Saya meyakini bahwa hal yang paling mendasar adalah keyakinan. Keyakinan akan memberikan tambahan energi positif untuk usaha yang maksimal, keyakinan tidak hadir dalam usaha yang setengah-setengah dalam hal apapun itu. Hanya saja, keberhasilan tidak Tuhan tawarkan dengan harga yang murah! Tidak cukup bermodalkan keyakinan saja, usaha maksimal, pengorbanan, kesabaran dan tekad pantang menyerah adalah faktor pendukung sebuah pencapaian dari pembuktian sebuah keyakinan. Setelah semuanya, doa dan rasa syukur adalah penentram bagi jiwa kita

*sekedar sudut pandang ^^




Sabtu, 21 April 2012

Semua Tentang Kita


Kita adalah saya, maka saya adalah kita. Karena kita adalah IKC 43 (hueekkk!). Entah kenapa garis nasib mempertemukankan kita dalam sebuah persahabatan (anggap saja begitu). Kita dipertemukan karena kita berada dalam satu naungan almamater yang sama, di Perguruan Tinggi Negeri di Kota Hujan, meskipun dari kita ada yang sudah mengenal satu sama lain karena satu sekolah sebelumnya (SMA). Alih-alih karena tempat tinggal yang sama, kita pun dikumpulkan oleh generasi sebelumnya (sebut saja golongan tua, hahaa), yang sudah menetap sementara di kota yang juga dikenal dengan Kota Sejuta Angkot.

Kalo saya tidak salah ingat, ingatan saya tidak terlalu baik memang, tapi saya juga tidak keberatan jika dibilang buruk (loh!). Saya ingat betul (kalo tidak salah lagi) ketika masih duduk di tingkat pertama (TPB). Waktu itu, kita bisa dibilang sering sekali berkumpul, sampai-sampai teman sekamar dan sekelas saya pun sudah hafal benar ketika saya akan keluar selalu berkata “Pasti, kumpul IKC ya!” Bagi kita, IKC sudah menjadi rutinitas kesibukan yang menyenangkan di sela-sela waktu kewajiban menuntut ilmu dan kesibukan organisasi lainnya.

Kumpul IKC membuat saya bersemangat (tidak berlebihan) karena berkumpul dengan mereka adalah suatu kebahagiaan. Bahagia karena bisa mengejek satu sama lain (teteup). IKC adalah rumah kebebasan. Di sana, banyak sekali ruang toleransi bagi kita untuk bisa mengekspresikan sifat buruk tanpa harus terbebani (hahaa). Semua sifat buruk sepertinya sudah dipahami lebih, satu sama lain jika dibandingkan dengan lingkungan sosialisasi kita lainnya.

IKC 43 tidak terlepas dari setiap personilnya (ehem!). Baiklah pemirsah, let’s enjoy the slice of story (bingung mulai dari mana). Tapi inilah ingatan saya tentang mereka. “Gus, ira udah sholat belum” tanya saya sok mengingatkan. “Iya, nanti nyusul” jawab Agus tanpa dosa kala itu. Di sisi lain Diki, Anjar dan Candra, merintis karir dengan menjadi tukang parkir cendekiawan muda* (hehee). Anjar , dengan gembar-gembor keplayboyannya yang masih sangat diragukan kebenarannya (:p). Ade Aris yang piawai dengan koleksi kisah fiktifnya (Baca: suka ngibul). Keodongan  Ipit yang mengakar kuat di ingatan kita, tidak mampu ditumbangkan meski  dengan pembuktian IPK bagus dan jurusan favorit yang mampu diraihnya sekalipun. Hani dengan hordeng kesayangannya (meminjam istilah dari Cepi) yang tidak bisa  menyimpan jiwa metalnya ketika berkumpul dengan IKC 43. Cepi, pribadi baik hati dengan memberi fasilitas jalur cepat untuk kutu-kutu di rambutnya (korban tren rambut kala itu).

Kebanggaan Hadziq dengan membonceng nama besar rektor kami waktu itu. Dewi, Emil, dan Nonop adalah tiga serangkai pemilik tahi lalat, dengan tata letak yang sudah diperhitungkan dengan matang (entah oleh siapa). Iin Maena dengan koleksi gigi gingsul kebanggannya (hehee). Febi, (begitu saya memanggilnya) adalah sosok gadis dengan icon pendiam. Si kembar Diana dan Diani yang membantah habis-habisan bahwa mereka tidak mirip. Ida dan Tyas, cliquers sejati dengan setia menghadiri ketika Ungu manggung sana-sini (iya gak seh? Hehee). Dj, Miftah, dan Ninik tidak jarang mangkir ketika kumpul IKC. Bahrul, si cool, calm, and confident. Saking coolnya ketika di sapa di jalanpun enggan bergeming tanpa ekspresi (beuuhhh). Ade M yang disibuk dengan organisasi barunya. Ega, Dona, Yeyen, dan Amel yang mungkin hanya muncul ketika event mudik bareng diadakan.

The last, sebuah dialog sederhana, “Ira, lagi dimana?, lama banget seh..” gerutu kita diseberang telepon seluler waktu itu. “Bentar, lagi di jalan” jawabnya dengan penuh percaya diri, kemudian *hening* “eh, itu dia!” celetuk seseorang dari kita dengan menunjuk ke arah seberang. “Ira lama banget seh? katanya lagi di jalan” protes kita menahan kesal. “Iya, tadi lagi jalan di lorong” jawabnya masih dengan percaya diri *gubrak!*. Itu merupakan salah satu dialog yang sampai saat ini saya jadikan referensi ketika saya telat. Ya, dia adalah Omen, si penyuka Sahrukhan ini adalah ketua IKC pada zaman kita (angkatan 43). Tanggal 3 mei 2009, kita dikejutkan oleh kabar kecelakaan yang menimpanya. Lemas dan tidak percaya, yang mungkin kita sama rasakan waktu itu. Kecelakaan itulah yang memutuskan perjumpaan kita dengannya untuk selamanya. Omen, kami sangat kehilangan. Semoga surgaNya menghampirimu dan menjadikanmu penghuni di sana,amiin..




                                             Woiiiiiiiiiiiii Qita kangen jeehhh!!!

NB: 
Cerita di atas adalah murni diangkat dari kisah nyata 6 tahun silam (kurang lebih) dengan penambahan yang sedikit berlebihan (hehee), mohon maaf jika ada tulisan yang salah di hati, saya paham kita sudah sangat familiar dengan mencaci daripada memuji (hahaa), terimalah persembahan ini sebagai perekat persahabatan (anggap saja begitu) kita kembali, yumariiiiiiiiiii ;)

*IGTS